Kamis, 14 Oktober 2010

ttg BOnek & aRema

ASAL MULA KATA BONEK (BONDO NEKAT)
Bondo nekat (bonek) artinya berbentuk keyakinan yang tinggi tanpa modal yang
berarti berani menembus rintangan/tantangan untuk hal-hal yang positif seperti
perjuangan menuju kemerdekaan, karier, kerja, usaha dagang, urbanisasi, bisnis
dan mencoba nasib di kota besar. Istilah Bonek sudah dikenal sejak jaman
perjuangan kemerdekaan oleh arek-arek Jawa Timur yang membebaskan kota surabaya
dari penjajah dengan disebut peristiwa 10 November. Sebenarnya hal ini positif,
sebelum diputar balikkan menjadi sesuatu yang menyakitkan oleh sebagian besar
supporter surabaya (bonek).

ISTILAH BONEK PERTAMA KALI DIKENALKAN OLEH SUPPORTER MALANG

Tahun 1992 (periode kompetisi 1991/1992) ketika era galatama, Arema bertanding
di 10 November surabaya dalam partai final melawan Semen Padang, disana
supporter Malang (belum lahir Aremania) membuat ulah di stasiun Gubeng. Akhirnya
Kapolda Jatim mengangkut supporte Malang dengan kurang lebih 6 gerbong KA dari
pada kerusuhan timbul di stasiun Gubeng. Supporter Malang mengamuk karena timnya
kalah dari Semen Padang yang akhirnya SP menjadi juara Galatama. Pada saat itu
supporter tuan rumah belum berani menunjukkan giginya seperti sekarang. Akhirnya
PS. Arema mendapat sanki dari PSSI karena ulah supporternya tersebut.

BONEK MENGUASAI SENAYAN 1994 DAN MERAJALELA DI JAKARTA

Ketika era kerajaan persebaya dibawah Sunarto, didukung media Jawa Pos, bonek
meraja lela di Jakarta sejak 1994 berawal dari mendukung Mitra Surabaya dalam
final melawan Bandung Raya, hingga puncaknya persebaya Juara. perlawanan berarti
dari penduduk Jakarta, bonek menjarah di stasiun Senin, merampas, memalak di Jl.
Sudirman, sekitar senayan bahkan tega menghabisi korban yang melawan dengan cara
mengeroyok. Bonek tidak hanya meresakhan warga, tapi juga membuat malu warga
Jatim yang tercemar karena menggunakan kata "bonek" untuk perbuatan tidak
terpuji. Saya melihat denga mata kepala sendiri, ketika bonek menjarak, memalak
masyarakat yg tidak berdosa di seputar Senayan, namun ketika mereka menolak
dikeroyok hingga babak belur. Sebelum dimulai pertandingan, ada intel yang
mengaku masyarakat berjalan diantara bonek, ketika intel tersebut dirampok
langsung bonek diringkus dengan memberi shock terapi menembakkan senjata api ke
arah kaki bonek.

BONEK MENDAPAT MUSUH SEIMBANG PERTAMA KALI DARI AREMANIA, DIDUKUNG JAKMANIA.

1996, ketika revolusi baru dunia supporter sepak bola di Indonesia diawali dari
AREMANIA dengan mengadakan tour ke kandang bajul ijo dipimpin oleh Letkol
Sutrisno (Dandim Malang) yang juga mantan pejabat dilingkungan Kodam Brawijaya.
Inti dari AREMANIA adalah menghapus citra bonek, dengan bertindak santun,
sportif, kreatif dan damai namun "tour maut" ke surabaya, di sana tidak mendapat
respon positif dari bonek bahkan dilawan, diejek, dihina, diprovokasi, tapi
AREMANIA mendapat acungan jempol dari Agung Gumelar, Gubernur Jatim dan petinggi
PSSI yang had irsaat pembukaan pertama partai persebaya vs Arema di 10 November
surabaya dengan hasil 0-0. Disini sejarah mencatat, bahwa kandang bonek yang
terkenal biadab, pertama kali disinggahi oleh supporter era baru AREMANIA.
Meskipun secara kuantitas AREMANIA kalah, namun secara kualitas, secara politik
AREMANIA telah memenangkan perang melawan kejaliman, 10 Nov surabaya menjadi
saksi.

Karena AREMANIA ingin merubah citra Jawa Timur dari tindakan tidak terpuji
bonek, hanya dengan merevolusi citra supporter maka kebenaran dapat ditegakkan
bonek akan dapat dimusnahkan dari bumi Indonesia. Prinsip Arek Malang, untuk
menghancurkan kejaliman tanpa kekerasan ialah dilawan dengan tindakan sportif,
maka AREMANIA mendatangi jantung bonek di surabaya sebagai pusatnya.

Pada pertandingan berikutnya di Malang ada spanduk "AREMANIA BUKAN BONEK" dihead
line surat kabar SURYA, BHIRAWA, JAWA POS. Disini tingkat permusuhan terjadi
pada titik tertinggi karena bonek tidak bisa selamanya berkuasa, sebab ada lawan
yang tidak dapat ditundukan. Meskipun demikian AREMANIA tetap dicap sebagai
biang keladi tawuran oleh Jawa Pos karena tindakanya mempertahankan diri dari
ulah bonek. Saat itu hanya AREMANIA satu-satunya yang berani melawan kebiadaban
bonek, meskipun secara politik di Jawa Timur tidak didukung oleh pers terutama
Jawa Pos, namun karena tindakan AREMANIA yang terus-menerus melawan citra
negatif bonek akhirnya perlawanan ini mendapat dukungan dari media masa nasional
(Kompas, Tempo, Media Indonesia).

BONEK 2000, SEBUTAN BARU SAAT PON XV DIADAKAN DI JATIM

Bonek mencoba memperbaiki citra barunya dengan sebutan Bonek 2000 dengan ikut
berpartisipasi pada Pon yang diadakan di surabaya, Gubernur Jatim mengajak
AREMANIA, namun ditolak mentah-mentah oleh AREMANIA. Bahkan sebagian AREMANIA
garis keras mengancam, apabila ada bonek berkeliaran di Malang meskipun
mendukung Tim Jatim, maka akan dibersihkan dari bumi AREMA. Bonek mendapat nasi
bungkus, ticket gratis nonton pertandingan, bahkan meneror tim lawan. Usaha
bonek ini tidak cukup berhasil karena ulah mereka masih kampungan dalam mereror
tim luar Jatim. AREMANIA tidak terlibat sama sekali PON XV, sebab prinsipnya
selama ada bonek disana AREMANIA tidak terlibat.

BONEK MENDAPAT PERLAWANAN DARI WARGA JAKARTA 2001

Seiring dengan mengkilapnya prestasi Jakarta, dan menyebarnya virus positif yang
dibawa AREMANIA kepada JAKMANIA, warga Jakarta mulai bersatu untuk melawan
bonek, ditahun ini bonek mati kutu di Matraman dilawan, di Benhil dilawan, di
Senin juga mendapat perlawanan dari warga setempat, di Senayan mendapat
perlawanan sengit dari pejuang-pejuang supporter cinta damai JAKMANIA. Bahkan,
bonek tidak disukai kehadirannya oleh penduduk sekitar rel kereta api jurusan
Jakarta-surabaya karena tindakan yang kurang terpujinya. Citra negatif bonek
terulang kembali saat merampok pedagang super miskin di seputar stasiun Tegal,
hingga saat ini pedagang tersebut meratapi nasibnya tanpa tindakan hukum yang
berarti dari pemerintah Indonesia.

BONEK FRUSTASI

Bonek saat ini merasa kehilangan muka, karena club kebanggaannya degradasi,
supporter sejati seperti bonek seharusnya harakiri (bunuh diri) tapi karena
tidak punya malu maka dilampiaskan dengan cara mengikuti kelompok supporter lain
memakai baju supporter lain, memprovokasi tujuan akhirnya adalah menjarah atau
membuat citra supporter yang damai/sportif menjadi rusak.

Bonek sekitar surabaya selatan, Porong, Waru, Gempol, Sidoarjo akan gabung ke
Deltamania karena secara geografis lebih dekat kedaerah selatan. Sebenarnya,
sebelum di Sidoarjo belum ada club numpang seperti GDP mereka sebagian besar
cenderung mendukung persebaya & Mitra Surabaya (almarhum) karena secara
geografis lebih dekat. Namun ada juga pendukung Arema di sidoarjo meskipun
jumlahnya relatif kecil. Coba perhatikan saat ada perandingan di sidoarjo mereka
beramai-ramai ke sidoarjo saat persebaya naik daun mereka juga gampag merubah
kaosnya. Ini ciri2 bonek tidak punya "pride", "dignity", "self confidence"
terhadap diri sendiri dan klub kebesarannya. Fanatiknya semu.

Bonek sekitar Manyar, perbatasan Gresik Sby, akan gabung ke Ultrasmania karena
secara geografis lebih dekat ke Gresik. Mereka akan berbaju kuning, tanpa
koordinasi dengan korwil, dengan kelompoknya sendiri merusak pertandingan yang
berjalan aman dan nyaman dengan melempar dari sisi atas.

LONCENG KEMATIAN BONEK 2002 TERUS BERDENTANG.

Seiring dengan lonceng kematian persebaya, tentu diikuti oleh lonceng kematian
bonek. Secara real bonek tidak akan muncul di ligina tahun depan karena tidak
ada alasan untuk mengibarkan bendera bonek sebab persebaya terlempar dari
kompetisi paling bergengsi di tanah air. Namun demikian perlu diwaspadai bonek
akan menyaru ke supporter yang sedang tumbuh besar seperti GPD yang secara
geografis, budaya, politis supporter GPD adalah club numpang, tidak punya
sejarah di Sidoarjo, dimana awalnya sebagian besar supporter GPD dulunya juga
pendukung persebaya.

Perjuangan supporter cinta damai belum selesai selama tindakan supporter brutal
masih terus berlansung dinegeri ini terutama yg terjadi di Jawa Timur.

Tidak ada komentar: